Kericuhan ternyata tidak hanya bisa terjadi di pertandingan sepakbola. Hal yang sama juga sering terjadi di sebuah gelaran konser. Bahkan kericuhan yang ditimbulkan tak kalah besar.
Hal tersebut memang rentan terjadi bila ribuan atau puluhan ribu massa berkumpul di satu tempat. Banyak faktor pemicu terjadinya kerusuhan. Lalu, kerusuhan seperti apa yang pernah terjadi di konser musik? Simak ulasan kericuhan terbesar dalam festival musik dibawah ini
Altamont Speedway Free adalah festival yang sangat populer dan legendaris. Digelar di California Utara pada 1969, konser ini diprakasai langsung oleh The Rolling Stones.
Walau menampilkan bintang sekelas Santana, Nash & Young dan lain-lain, konser ini tidak memungut biaya untuk penontonnya, alias gratis. Sayangnya, insiden mengerikan justru terjadi di festival yang dihadiri 300 ribu penonton tersebut.
Salah seorang sekuriti (Hells Angels) yang bernama Alan Passaro tewas ditikam pisau. Ironisnya, pelaku penikaman baru berusia 18 tahun, Meredith Hunter.
Tak hanya itu, beberapa nyawa juga melayang terkait acara ini. Dua orang meninggal karena kecelakaan tabrak lari dan satu lainnya meregang nyawa karena kasus lain.
Monster of Rock edisi tahun 1988 adalah festival yang sangat dinantikan oleh penggemar musik di Inggris. Konser ini merupakan perayaan sepak terjang musik rock di dunia. Sayangnya perayaan ini justru berujung maut.
Dihadiri 10 ribu fans, Guns N Roses menjadi band yang paling ditunggu saat itu. Sayang, kondisi venue tak bersahabat. Cuaca buruk membuat tanah berlumpur. Dua fans ditemukan tewas setelah terjebak lumpur dan terinjak penonton lainnya tepat saat Axl Rose dan kawan-kawan unjuk gigi di atas panggung.
Peristiwa menyedihkan itu membuat promotor berpikir dua kali untuk mengulang festival yang sama di tahun berikutnya. Alhasil konser episode berikutnya terpaksa dibatalkan.
Woodstock adalah salah satu festival multi band paling terkenal di muka bumi. Festival ini dikenal dengan pesan cinta dan damai yang dibawakannya. Namun lagi-lagi manusia hanya bisa berencana, takdir sering berkata lain.
Tahun 1999 lalu, sejumlah band papan atas seperti Korn, Limb Bizkit hingga Rage Againts The Machine mengisi line up Woodstock. Band-band tersebut seolah menjadi magnet kuat bagi pecinta musik rock.
Sayangnya pesan cinta dan damai yang menjadi konsep awal Woodstock sama sekali tidak terlihat. Woodstock 1999 lebih identik dengan kekerasan, kebakaran hingga pelecehan seksual.
30 Juni 200 adalah hari yang sulit dilupakan oleh para personel Pearl Jam. Band yang dikenal sangat mencintai fansnya ini harus berduka setelah konser mereka di Rosklilde, Denmark meminta 9 nyawa sekaligus.
Penonton benar-benar tak terkendali begitu pearl Jam menguasai panggung. Sebagian nyawa melayang diakibatkan oleh desakan dan injakan dari penonton lain.
Pearl Jam sempat meminta penonton tenang, namun semuanya sudah terlambat. Eddie Vedder dan kawan-kawan pun terpaksa menghentikan konser mereka.
Sebuah lagu pun diciptakan Pearl Jam khusus untuk mengenang peristiwa memilukan ini, Love Boat Captain. "Lost nine friends we'll never know.... two years ago today," bunyi lirik lagu tersebut.
Yakinlah, semua penggemar musik pasti memiliki keinginan untuk bisa hadir di Festival Glastonbury. Festival tahunan Inggris ini memang selalu menjanjikan aksi spektakuler dengan band-band besar maupun potensial tiap tahunnya.
Hanya saja, tak selamanya festival ini berakhir dengan cerita manis. Setidaknya itu terjadi pada tahun 2005 silam. 600 Tenda portable ambruk diterpa cuaca buruk. Hujan tak berhenti sepanjang hari membuat venue lebih mirip lapangan sepakbola yang tak terawat.
Banyak yang menduga venue sudah tak steril. Banyak bakteri berkeliaran, sementara itu petir seolah tak bosan menyambar panggung.
Love Parade adalah festival tecno dan dance favorit penggemar musik di Jerman dan Eropa. Festival ini terus berkembang pesat tiap tahunnnya sehingga Berlin menolak untuk dijadikan tuan rumah. Tahun 2010, festival ini akhirnya dipindahkan ke kota yang lebih kecil.
Keputusan ini ternyata justru mengundang maut. Venue memang mampu menampung hingga 250 ribu penonton. Namun masalahnya justru ada di akses masuk venue.
Akses masuk berupa terowongan membuat penonton dalam jumlah yang sangat besar harus berdesak-desakan untuk masuk. 21 Orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka karena berdesak-desakan dan terinjak-injak.
Penyelenggara pun berpikir dua kali untuk membesut acara serupa. Love Parade akhirnya ditiadakan hingga saat ini.
Selain ulah penonton liar, cuaca adalah salah satu penyebab utama musibah dalam konser. Contohnya adalah bagaimana angin memporakporandakan Indiana State Fair, 13 Agustus 2011 lalu.
Para penonton sebenarnya sudah mendapatkan peringatan dari pihak keamanan tentang cuaca buruk. Namun konser dengan bintang tamu utama band country, Sugarland ini tetap dilangsungkan.
Akhirnya apa yang diprediksi pihak keamanan benar-benar terjadi. Angin berhembus terlalu kencang hingga membuat panggung tak mampu berdiri kokoh lagi. Panggung roboh, lima penonton meninggal, puluhan lainnya luka-luka. Janet Jackson dan Lady Antebellum yang dijadwalkan tampil pun memilih mundur.
Hanya 5 hari setelah insiden Indiana State Fair, peristiwa serupa terulang lagi di Pukklepop Festival, Belgia. Sama persis, angin besar adalah penyebab robohnya panggung. Lima orang meninggal, 70 lainnya luka-luka. Beberapa musisi yang harusnya tampil seperti Eminem dan Odd Future pun terpaksa membatalkan penampilannya.
Musibah ini sangat memilukan sekaligus membingungkan. 11 penonton tewas dan 26 lainnya cidera sebelum konser The Who di Riverfront Coliseum, Cincinnati, 3 Desember 1979 digelar. Anehnya, The Who baru tahu kabar tersebut justru setelah menggelar konsernya.
Ada dua versi penyebab musibah ini. Salah satu versi menyebutkan bahwa para penonton saling berebut untuk menduduki kursi dengan posisi terbaik. Versi lain mengatakan bahwa para penonton di luar venue memaksa masuk karena mengira mereka mengira The Who sedang melakukan checksound. Parahnya panitia belum siap dan sebagian pintu masuk belum dibuka.
Penyelenggara baru menginformasikan musibah ini pada personel The Who setelah konser dengan alasan tersendiri. Mereka khawatir The Who enggan melanjutkan konser yang ditakutkan malah berpotensi menyebabkan kerusuhan lebih besar.
Tak selamanya musibah dalam konser disebabkan penonton membeludak atau cuaca buruk. Konser Damageplan justru lebih mengerikan lagi walau tidak ada kedua unsur tersebut.
Konser ini digelar di Alrosa Villa, Columbus pada 8 Desember 2004 silam. Gitaris Damageplan yang juga merupakan mantan personel Pantera, Dimebag Darrell tiba-tiba dihujani beberapa tembakan di kepala saat manggung oleh pria bernama Nathan Gale.
Hingga saat ini, motif pembunuhan masih menjadi misteri. Salah satu versi menyebutkan bahwa Nathan nekat melakukannya akibat kekecewaan atas pecahnya Pantera, band yang sangat ia idolakan. Nathan sendiri dikabarkan juga mengalami masalah kejiwaan dan terpengaruh obat terlarang.
Sumber : Kapanlagi
Hal tersebut memang rentan terjadi bila ribuan atau puluhan ribu massa berkumpul di satu tempat. Banyak faktor pemicu terjadinya kerusuhan. Lalu, kerusuhan seperti apa yang pernah terjadi di konser musik? Simak ulasan kericuhan terbesar dalam festival musik dibawah ini
1. Altamont Speedway Free Festival
Altamont Speedway Free adalah festival yang sangat populer dan legendaris. Digelar di California Utara pada 1969, konser ini diprakasai langsung oleh The Rolling Stones.
Walau menampilkan bintang sekelas Santana, Nash & Young dan lain-lain, konser ini tidak memungut biaya untuk penontonnya, alias gratis. Sayangnya, insiden mengerikan justru terjadi di festival yang dihadiri 300 ribu penonton tersebut.
Salah seorang sekuriti (Hells Angels) yang bernama Alan Passaro tewas ditikam pisau. Ironisnya, pelaku penikaman baru berusia 18 tahun, Meredith Hunter.
Tak hanya itu, beberapa nyawa juga melayang terkait acara ini. Dua orang meninggal karena kecelakaan tabrak lari dan satu lainnya meregang nyawa karena kasus lain.
2. Monster of Rock (1988)
Monster of Rock edisi tahun 1988 adalah festival yang sangat dinantikan oleh penggemar musik di Inggris. Konser ini merupakan perayaan sepak terjang musik rock di dunia. Sayangnya perayaan ini justru berujung maut.
Dihadiri 10 ribu fans, Guns N Roses menjadi band yang paling ditunggu saat itu. Sayang, kondisi venue tak bersahabat. Cuaca buruk membuat tanah berlumpur. Dua fans ditemukan tewas setelah terjebak lumpur dan terinjak penonton lainnya tepat saat Axl Rose dan kawan-kawan unjuk gigi di atas panggung.
Peristiwa menyedihkan itu membuat promotor berpikir dua kali untuk mengulang festival yang sama di tahun berikutnya. Alhasil konser episode berikutnya terpaksa dibatalkan.
3. Woodstock (1999)
Woodstock adalah salah satu festival multi band paling terkenal di muka bumi. Festival ini dikenal dengan pesan cinta dan damai yang dibawakannya. Namun lagi-lagi manusia hanya bisa berencana, takdir sering berkata lain.
Tahun 1999 lalu, sejumlah band papan atas seperti Korn, Limb Bizkit hingga Rage Againts The Machine mengisi line up Woodstock. Band-band tersebut seolah menjadi magnet kuat bagi pecinta musik rock.
Sayangnya pesan cinta dan damai yang menjadi konsep awal Woodstock sama sekali tidak terlihat. Woodstock 1999 lebih identik dengan kekerasan, kebakaran hingga pelecehan seksual.
4. Pearl Jam - Roskilde (2000)
30 Juni 200 adalah hari yang sulit dilupakan oleh para personel Pearl Jam. Band yang dikenal sangat mencintai fansnya ini harus berduka setelah konser mereka di Rosklilde, Denmark meminta 9 nyawa sekaligus.
Penonton benar-benar tak terkendali begitu pearl Jam menguasai panggung. Sebagian nyawa melayang diakibatkan oleh desakan dan injakan dari penonton lain.
Pearl Jam sempat meminta penonton tenang, namun semuanya sudah terlambat. Eddie Vedder dan kawan-kawan pun terpaksa menghentikan konser mereka.
Sebuah lagu pun diciptakan Pearl Jam khusus untuk mengenang peristiwa memilukan ini, Love Boat Captain. "Lost nine friends we'll never know.... two years ago today," bunyi lirik lagu tersebut.
5. Glastonbury (2005)
Yakinlah, semua penggemar musik pasti memiliki keinginan untuk bisa hadir di Festival Glastonbury. Festival tahunan Inggris ini memang selalu menjanjikan aksi spektakuler dengan band-band besar maupun potensial tiap tahunnya.
Hanya saja, tak selamanya festival ini berakhir dengan cerita manis. Setidaknya itu terjadi pada tahun 2005 silam. 600 Tenda portable ambruk diterpa cuaca buruk. Hujan tak berhenti sepanjang hari membuat venue lebih mirip lapangan sepakbola yang tak terawat.
Banyak yang menduga venue sudah tak steril. Banyak bakteri berkeliaran, sementara itu petir seolah tak bosan menyambar panggung.
6. Love Parade (2010)
Love Parade adalah festival tecno dan dance favorit penggemar musik di Jerman dan Eropa. Festival ini terus berkembang pesat tiap tahunnnya sehingga Berlin menolak untuk dijadikan tuan rumah. Tahun 2010, festival ini akhirnya dipindahkan ke kota yang lebih kecil.
Keputusan ini ternyata justru mengundang maut. Venue memang mampu menampung hingga 250 ribu penonton. Namun masalahnya justru ada di akses masuk venue.
Akses masuk berupa terowongan membuat penonton dalam jumlah yang sangat besar harus berdesak-desakan untuk masuk. 21 Orang tewas dan lebih dari 500 lainnya terluka karena berdesak-desakan dan terinjak-injak.
Penyelenggara pun berpikir dua kali untuk membesut acara serupa. Love Parade akhirnya ditiadakan hingga saat ini.
7. Indiana State Fair (2011)
Selain ulah penonton liar, cuaca adalah salah satu penyebab utama musibah dalam konser. Contohnya adalah bagaimana angin memporakporandakan Indiana State Fair, 13 Agustus 2011 lalu.
Para penonton sebenarnya sudah mendapatkan peringatan dari pihak keamanan tentang cuaca buruk. Namun konser dengan bintang tamu utama band country, Sugarland ini tetap dilangsungkan.
Akhirnya apa yang diprediksi pihak keamanan benar-benar terjadi. Angin berhembus terlalu kencang hingga membuat panggung tak mampu berdiri kokoh lagi. Panggung roboh, lima penonton meninggal, puluhan lainnya luka-luka. Janet Jackson dan Lady Antebellum yang dijadwalkan tampil pun memilih mundur.
8. Pukkelpop (2011)
Hanya 5 hari setelah insiden Indiana State Fair, peristiwa serupa terulang lagi di Pukklepop Festival, Belgia. Sama persis, angin besar adalah penyebab robohnya panggung. Lima orang meninggal, 70 lainnya luka-luka. Beberapa musisi yang harusnya tampil seperti Eminem dan Odd Future pun terpaksa membatalkan penampilannya.
9. The Who (1979)
Musibah ini sangat memilukan sekaligus membingungkan. 11 penonton tewas dan 26 lainnya cidera sebelum konser The Who di Riverfront Coliseum, Cincinnati, 3 Desember 1979 digelar. Anehnya, The Who baru tahu kabar tersebut justru setelah menggelar konsernya.
Ada dua versi penyebab musibah ini. Salah satu versi menyebutkan bahwa para penonton saling berebut untuk menduduki kursi dengan posisi terbaik. Versi lain mengatakan bahwa para penonton di luar venue memaksa masuk karena mengira mereka mengira The Who sedang melakukan checksound. Parahnya panitia belum siap dan sebagian pintu masuk belum dibuka.
Penyelenggara baru menginformasikan musibah ini pada personel The Who setelah konser dengan alasan tersendiri. Mereka khawatir The Who enggan melanjutkan konser yang ditakutkan malah berpotensi menyebabkan kerusuhan lebih besar.
10. Damageplan (2004)
Tak selamanya musibah dalam konser disebabkan penonton membeludak atau cuaca buruk. Konser Damageplan justru lebih mengerikan lagi walau tidak ada kedua unsur tersebut.
Konser ini digelar di Alrosa Villa, Columbus pada 8 Desember 2004 silam. Gitaris Damageplan yang juga merupakan mantan personel Pantera, Dimebag Darrell tiba-tiba dihujani beberapa tembakan di kepala saat manggung oleh pria bernama Nathan Gale.
Hingga saat ini, motif pembunuhan masih menjadi misteri. Salah satu versi menyebutkan bahwa Nathan nekat melakukannya akibat kekecewaan atas pecahnya Pantera, band yang sangat ia idolakan. Nathan sendiri dikabarkan juga mengalami masalah kejiwaan dan terpengaruh obat terlarang.
Sumber : Kapanlagi
Comments
Post a Comment